Sunday, April 27, 2008

Jangan Biar Ia Layu Sebelum Berkembang

Dipetik dari : Sebuah Perenungan
Begitu kerdilnya kita, ketika sebenarnya mampu membalas setiap keburukan orang lain dengan kebaikan, namun kita lebih memilih membalas dengan hal serupa atau bahkan lebih buruk dari mereka. Begitu malangnya kita, ketika merasa terhina dan bersedih hati, hanya karena ucapan kata-kata buruk yang seolah tertuju kepada kita, dan kita pun berbalik menghinakan dengan kata-kata yang tak kalah buruk lagi keji. Tidaklah sebatang pohon yang tinggi akan terbebas dari terpaan angin yang kencang. Tidaklah setiap helai rumput yang rendah akan jauh dari injakan kaki demi kaki. Dan tidaklah setiap manusia yang hidup di bumi ini akan terbebas dari ujian yang datang.

Saudaraku,

Sekalah setiap titis air mata kesedihan yang membasahi pipi. Air mata kesedihan yang menitis hanya karena merasa terhina, kehilangan kehormatan, dan dilecehkan oleh orang lain. Tidaklah tabiat dunia akan jauh dari hal-hal itu. Dan tidaklah dunia akan memberikan kebahagiaan yang ideal seratus persen seperti yang terbayang dalam pikiran kita.
Bukankah dunia adalah ladang amal bagi orang yang mengaku beriman? Bukankah dunia adalah medan ujian dan perjuangan dari setiap hamba yang merindukan surga-Nya? Dan bukankah sejarah dunia telah memberikan gambaran kesudahan dari perilaku yang pernah dilakukan oleh para pendahulu perihal baik dan buruknya?


Saudaraku,

Hidup ini tidak akan lepas dari banyak ujian dan cubaan. Layaknya kenaikan tingkat dalam jinjang pendidikan di sekolah yang senantiasa harus melewati ujian, hidup pun tidak akan jauh berbeda dengan itu. Seorang yang mengaku beriman pasti akan berharap, bahwa setiap ujian hidup akan ia disudahi dengan keberhasilan. Tentu, keberhasilan dalam pandangan Allah SWT. Boleh jadi kita dinilai berhasil di mata manusia, ketika mampu berbalik menghinakan orang yang menghinakan diri kita dengan cara-cara yang lebih buruk, namun sesungguhnya kita tidak berbeza dengan makhluk yang tidak diberikan akal dan keimanan oleh Allah Yang Maha Rahman, serta boleh jadi kita tanpa sedar sedang menjatuhkan darjat kita dalam pandangan-Nya.


Saudaraku,

Mungkin seringkali terlintas di fikiran, bahwa kita merupakan orang yang mesti dihargai sepanjang hidup, tak perlu dikritik dan hidup tenang dalam ukuran yang kita tetapkan sendiri. Tidaklah diri kita ini terlahir sempurna tanpa pernah berbuat salah. Tentu saja ada isi-isi yang senantiasa dalam proses perbaikan. Dan tentu saja ada permukaan-permukaan yang tandus di dalam diri yang mesti di isi dengan kebaikan dan sifat-sifat terpuji. Janganlah menambah kehinaan dengan berbalik menghinakan orang lain. Ketika merasa terhina, cubalah untuk belajar menahan diri dan kemudian mendo’akan orang yang telah menghinakan diri Anda. Karena boleh jadi apa yang mereka telah lakukan tidak terlepas dan berawal dari sebuah kebodohan dan kekhilafan.


Saudaraku,

Mari nikmati proses mekarnya setiap kembang kebaikan yang lebih berhak tumbuh di dalam diri kita. Mari senantiasa mengamati setiap proses tumbuh dan kembangnya waktu demi waktu. Jangan biarkan ulat-ulat sifat buruk menggerogoti dan menghentikan setiap gerakan mekarnya. Siramlah selalu dengan air istighfar dan perlindungan kepada Allah darinya. Pupuklah selalu dengan kalimat tasbih dan pujian terhadap-Nya. Kukuhkanlah dengan cara mengembalikan dan memulangkan segala urusan dan usaha sekecil apapun hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya, tiada daya upaya selain atas izin dan pertolongan dari-Nya.


Ya Robbiy…
Lapangkanlah bagi kami dada kami
dan mudahkanlah bagi kami urusan kami

Wallahu a’lam

.:Foto
(SQ Al-Akh)
satu Inovasi...satu Reformasi

No comments:


Visitor Map